0

Dulu Sahabat, Sekarang .... (Part 2)

-Cerita ini adalah cerita asli dari saya, ini pengalaman saya. Saya harap, cerita ini dapat memberikan pelajaran yang baik bagi kalian semua. Dan bagian jeleknya, mohon jangan ditiru :) Selamat menikmati, maaf jika bahasa yang saya gunakan tidak konsisten pada bahasa Indonesia formal.-

Pertama kali saya memasuki kelas XA adalah saat pembinaan persiapan Masa Orientasi Siswa (MOS). Pada hari itu, hari sabtu, saya berangkat ke sekolah cukup awal. Sampai di kelas, sudah ada segelintir anak disana. Tapi, benar-benar tak ada yang saya kenal. Saya pun duduk di bangku nomor dua dari depan, deret kedua dari pintu kelasku.

Saya duduk sendiri. Tak ada teman yang dapat saya ajak untuk duduk bersama saya. Jam menunjukkan pukul 7.30 (kalau tidak salah), saya masih duduk sendiri. Sedangkan yang lain sudah mempunyai pasangan duduk masing-masing. Tiba-tiba, ada seorang perempuan meminta duduk denganku. Saya mempersilahkan. Kami pun saling memperkenalkan diri. Dan dari sanalah saya tahu siapa namanya, Resti Agus Dwiyanti. Saya cukup senang, karena saya bisa mempunyai teman di kelas ini. Walau hanya satu. Hihi

Resti Agus Dwiyanti di tahun 2014
Masa Orientasi Siswa pun tiba. Hanya selisih dua hari dari hari pembinaan (yaitu hari seninnya). MOS diselenggarakan selama tiga hari. Agendanya hanya mengenalkan sekolah dan segala aktifitasnya kepada siswa baru. Ah, lupakanlah itu. Saya tidak ingat semuanya. Karena memang, disana tidak ada hal penting.

Oh iya, ternyata ada. Entah ini hari pertama, atau hari keberapa, Saya dan teman-teman saya diwajibkan untuk memperkenalkan dirinya masing-masing di depan kelas. Satu persatu saya mengetahui siapa mereka. Yah, walau tidak langsung hafal semuanya. Namun, saya lihat-lihat dari awal, nampaknya mereka sudah banyak yang saling kenal. Dan dari perkenalan diri itulah saya tahu sebabnya. Mereka dulu satu SMP. Yah, kalau teman yang satu SMP dengan saya kan hanya Rifqi Gusti Rahmawan (Rifqi), jadi saya hanya kenal dia. Walau sebenarnya, Rifqi tidak begitu ingat siapa saya.

Giliran saya memperkenalkan diri. Waktu saya selesai memperkenalkan diri, saya mengucapkan terimakasih. Dan ternyata, ada yang menjawab "Terimakasih kembali", lalu ada yang menanggapi "kembali limaratus", dan dengan seenaknya, saya pun ikut menanggapi "seribu juga boleh".

Nah, sebenarnya saya tahu siapa yang berbicara seperti itu tadi. Dia adalah Desti Nidha 'Uljannah (Desti). Pertama kali saya melihat dia (bukan mengenalnya), dia itu anaknya ganjen, banyak tingkah, selalu tebar pesona dan menyebalkan. Dan saya jadi tambah kesal dengannya setelah dia menangaapi perkataanku sewaktu saya memperkenalkan diri tadi. *by the way, Desti yang bilang "kembali limaratus" tadi

Nah, saya lupa dengan cerita ini. Entah di hari yang sama, atau sesaat setelah MOS. Ceritanya sedang ada pemilihan ketua kelas dan seksi-seksinya. Ini permintaan wali kelas saya (dan saya lupa siapa wali kelas saya waktu itu. Mungkin guru Geografi), katanya harus segera diserahkan hasil keputusannya kepada beliau.

Waktu itu, saya lupa siapa saja yang dicalonkan. Tapi yang saya ingat hanya satu, Septiawan Adi Nugraha (Awan) *yaiya lah, kan dia yang akhirnya jadi ketua kelas. hehe :P. Dan tak disangka-sangka, saya menyukai Awan pada saat yang sama ketika dia berjalan menuju ke depan kelas. Yah, saat itu sih masih iseng saja. Soalnya dia ganteng sih :P Dan akhirnya, saya menyukainya secara diam-diam.

Septiawan Adi Nugraha di tahun 2014
Jelang beberapa hari, saya mulai mengenal semua teman sekelas saya. Saya pun mulai bisa berbaur dengan mereka. Dan entah bagaimana, saya jadi dekat dengan 2 teman saya ini. Yang pertama Resti yang kedua Afifah Rizki Pratomo (Polkadot). Saking seringnya bersama, kami memberi nama Tiga Serangkai (TS). Yah, kami benar-benar seperti TS. Kemana-mana selalu bertiga. Ke Koperasi Siswa (Kopsis), ke Kantin, bahkan ke toilet pun bertiga *ngga juga sih :p

Afifah Rizki Pratomo di tahun 2014
Oh iya, rumah Resti dan saya itu sama-sama di Kalibagor. Jadi, setiap hari kami berangkat sekolah bersama. Karena saya sering membawa sepeda motor, jadi dia membonceng saya. Yah, sebenarnya saya juga tak tega dengan teman-teman saya yang lain. Apalagi, rumah Jupri satu jalan dengan saya. Seharusnya saya berangkat sekolah bersama Jupri, tapi entah mengapa, saya jadi berangkat sekolah selalu sama resti. Mungkin karena kami satu kelas dan satu meja. Pikirku sih.

Saya juga sudah memperkenalkan Resti kepada teman-teman saya yang lain. Dan tak jarang juga, kami semua pulang bersama naik bus. Kalo naik bus, kami pasti mencari bus yang deret bangku paling belakang itu kosong. Kami juga rela harus menunggu sampai sore hanya untuk menunggu bus yang deret bangku paling belakang itu kosong. Tapi yang kami tunggu bukan bus pintu dua (bus sedang), melainkan bus pintu satu (bus kecil). Jadi, sekalinya duduk, kami harus berdesak-desakan satu sama lain. Tapi kami tak keberatan. Justru ini malah menyenangkan.

Kalo masalah pulang bersama, pasti yang pulang bersama itu saya, Ulfah, Jupri, Memet, Resti. Kalo Mba Iza, biasanya udah pulang duluan. Dia anaknya tepat waktu. Kalau sudah bel pulang, maka harus langsung pulang. Berbeda dengan kami. Kami lebih suka berlama-lama di sekolah. Terkadang alasannya karena malas pulang, bosan dirumah, mau ngapain dirumah, atau menemani Memet yang sedang pacaran. Bahkan kami menjadikan kelas XA sebagai markas kami. Kalau pulang sekolah, pasti kami berkumpul disitu.

Bersambung ...

0 coretan:

Back to Top