0

Cinta ? Aku Rasa Bukan

Kisah ini berawal dari entah berapa tahun yang lalu. Mungkin sekitar 6 tahun yang lalu, saat aku masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Sedangkan sekarang ini aku sudah menamatkan jenjang Sekolah Menengah Atas.

Dahulu kala, 6 tahun lalu, aku baru saja diterima di sebuah sekolah ternama di kotaku, SMP Negeri 1 Sokaraja, dan sedang menunggu datangnya masa orientasi siswa baru. Disanalah aku bertemu dia, bukan cinta pertamaku sih, hanya saja dia cukup menarik perhatianku.

Dia, Wisnu Abhiseka (aku kurang tahu nama aslinya, aku cuma taunya Wisnu. Ini aja nama Facebooknya), seorang anak laki-laki yang sebaya denganku, tapi dia lebih tua satu bulan. Baru masuk SMP juga, sama denganku. Namun kita beda sekolah. Dia masuk di SMP Negeri 1 Kalibagor.

Ini wisnu Abhiseka


Enam tahun lalu, dia dan keluarganya (bukan keluarga kandung tepatnya) pindah ke sebelah rumahku. Rumah yang sejak aku kelas 4 Sekolah Dasar sudah dibiarkan kosong. Dia tinggal bersama Muhammad Agung, saudaranya dan Ibu Yuke, Bibinya sekaligus ibunya Agung.

Sebelum pindah, mereka sempat tinggal di Perumahan Kalibagor Indah (PKI). Tapi karena ayah dan ibunya Agung itu memutuskan untuk berpisah, akhirnya mereka pindah rumah. Sebenarnya bukan pindah sih, lebih condong ke ngontrak. Soalnya rumah sebelah itu adalah milik bu Endang. Bu Yuke dan Bu Endang adalah teman satu kantor. Mereka adalah guru di SMK Negeri 1 Kalibagor.





Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa wisnu ikut Bu Yuke ? Itu karena Ibunya Wisnu adalah adik kandung dari Bu Yuke.


Sebuah rahasia juga, rumah milik bu Endang, awalnya adalah rumahku. Namun karena orangtuaku mengalami musibah, jadi rumah itu harus dilepas. kini rumahku tinggal sebelah saja.


Terlepas dari itu semua, sejak keluarga mereka pindah ke sebelah rumahku, Aku, Wisnu, Agung dan Kakakku, Mba Nita, sering bermain bersama. Terkadang dirumah mereka, terkadang di rumahku. Mereka juga suka usil. Waktu aku sedang belajar buat ulangan, mereka membuat kegaduhan. Sampai-sampai aku marah dan memukul tembok cukup keras untuk menggertak mereka. Tapi besoknya, kami sudah baikan lagi dan bermain bersama lagi.

Wisnu itu orangnya lucu, aneh, bertingkah layaknya anak kecil, usil, ceplas-ceplos, ngga tau malu. Tapi dia manis, hidungnya mancung, putih. Dulu sih dia pendek, tapi sekarang dia sudah dewasa, tubuhnya bertambah tinggi.

Kembali ke 6 tahun lalu. Banyak cerita kesenangan, kelucuan, kekonyolan yang kami buat, satu tahun berlalu dengan singkatnya. Tiba-tiba aku mengetahui bahwa dia akan pergi. Saat itu aku tak rela melepasnya. Namun apa daya ? aku tak berani berucap. Hanya bisa melepasnya pergi.

Beberapa hari sebelum dia pergi, kami sempat bermain bersama di pinggir sungai depan rumah. Bercanda ria seperti biasa. Pada saat itu, keluargaku sedang menebang pohon mangga yang sudah bertahun-tahun berdiri tegak di taman depan rumahku. Aku, Wisnu, Agung, Mba Nita pun membantu. Dan dengan isengnya, Wisnu menuliskan namanya menggunakan getah pohon mangga di tembok pembatas antara jalan dan sungai. Itu kenangan terakhir yang ia tinggalkan.

Beberapa hari setelahnya, dia pergi. Pergi ke Jawa Timur, ikut orangtuanya. Kini ia pindah ke Pasuruan. Dia pergi saat kami akan naik ke kelas 2 sekolah Menengah Pertama. Aku merasa kehilangan dia. Namun aku harus bagaimana ? aku hanya dapat memandangi namanya di tembok pembatas sungai. Tiap sore, aku memandanginya dan terkadang menyentuhnya sembari menahan tangis. Aku menyesal, kenapa aku tak sempat mengatakan perasaanku padanya ?

Hari demi hari berlalu. Aku kini harus melupakannya. Aku sadar bahwa aku dan wisnu tak mungkin ada kesempatan untuk bertemu lagi. Kini aku hanya bisa melihatnya dan segala aktifitasnya di Facebook. Tak apa, setidaknya aku tahu bahwa dia baik-baik saja.

Tahun demi tahun terlewati. Perasaanku teralihkan. Aku tak lagi terfokus padanya. Perasaanku memaksaku untuk mencari yang lain. aku coba. Masa SMP berlalu, kini datang masa SMA. Sebenarnya aku memang masih berharap dia datang ke sebelah rumahku lagi. Tapi itu tidak mungkin. Walau Agung dang bu Yuke masih di sebelah rumah, tapi tak mungkin wisnu datang kesini. Kalaupun ada saudaranya agung yang kerumah, paling ya Abi.

Tapi aku masih bisa sedikit mengetahui tentang Wisnu, itupun dari Agung. Setiap ada kesempatan liburan, atau kumpul keluarga, Agung dan Bu Yuke pulang kampung ke Yogyakarta. Dan ketika itu juga, Wisnu pasti juga ada disana. Karena keluarga besar mereka ada di Yogyakarta.

Kembali ke masa kini, tahun 2014. Beberapa bulan lalu, aku baru saja dinyatakan lulus dari jenjang Sekolah Menengah Atas. Dan sekolahku mengadakan farewell party. Beberapa hari kemudian, aku yang sedang asyik mengunggah foto farewell party-ku ke Facebook, melihat foto Wisnu di beranda. Dia mengenakan kemeja putih dan jas hitam. Gagah sekali pikirku. Sekolahnya juga baru saja mengadakan farewell party. Melihat fotonya, aku jadi mengingat masa lalu. Aku juga jadi rindu padanya. Tapi apa daya ? kita tak akan bertemu.

Beberapa bulan kemudian, ketika anak-anak kelas 12 termasuk aku sedang menikmati liburan panjang menunggu ajaran baru untuk menjadi mahasiswa, Wisnu datang ke Banyumas. Ke rumah Agung yang baru. Oh iya, Agung sudah pindah rumah sejak aku kelas 2 SMA. Ibunya menikah lagi. Sekarang Agung menempati rumah mendiang ayah kandungnya, di Perumahan Kalibagor Indah.

Agung ternyata mengajak Wisnu dan Abi main ke rumahnya. Aku sangat senang dan berharap bisa segera bertemu dengan Wisnu. Pada hari kedua dia di Banyumas, Wisnu, Agung, Abi, kerumahku  untuk mengajak Mba Nita pergi main. Kecewa sih sebenarnya. Kenapa aku tidak diajak juga ? Aku juga tidak bisa ketemu Wisnu, karena sewaktu dia kerumahku, aku lebih memilih bersembunyi. Aku bersembunyi karena ada 2 alasan. Pertama karena malu, kedua karena aku sedang PMS (Pra Menstruation Syndrome). Malam harinya, aku hanya bisa mendengar cerita dari kakakku.

Hari ketiga, ternyata hari keberuntunganku. Aku diajak kakakku ke rumahnya Agung. Akirnya, aku bisa ketemu Wisnu. Sesampainya disana, aku sedikit deg-degan sih. Lama tak bertemu, kini Wisnu sudah berubah. Tak banyak yang berubah, tapi dia sekarang tampak keren dan ganteng.

Yah, kami mengobrol ria, nonton film di laptop, bercengkerama dan lain-lain. Apalagi dia berkali-kali duduk disebelahku. Posisi duduknya deket banget sama aku. Apalagi pas nonton film di laptop, dia mengambilkan bantal untukku karena dia kira aku kecape'an dan mengantuk. Dia baik banget.

Tapi aku pulang duluan pas mau buka puasa. Kakakku aku tinggal disana. Kecewa sih, tapi karena sepeda motor yang kubawa mau dipakai sama ibu, jadi aku harus pulang. Tapi malam harinya, tepatnya jam 8 malam, aku ke rumahnya agung lagi. Kakakku mau nonton film kesukaannya dan aku mau nonton film yang belum selesai aku tonton tadi.

Selama aku disana, ternyata aku dicuekin. Mereka asik sendiri. Aku diam saja menonton film di laptop. Selesai menonton, aku juga masih dicuekin. Huh, aku kesal sekali. Namun tak apa, asalkan aku masih melihat wisnu. Malamnya, aku pulang kerumah pukul 10 malam.

Hari keempat, karena ada pemilihan umum Presiden, aku dan kakakku tidak ke rumah Agung. Tapi sorenya, Wisnu ke rumah sendirian. Dia mampir soalnya Agung sedang potong rambut. Aku tidak keluar, aku memilih di kamar. Tapi dia sempat lihat aku dari jendela kok.

Hri kelima, Wisnu mau pulang ke Yogyakarta. Aku dan kakakku main ke rumah Agung dari jam 11 siang. Disana, kami bersenda gurau, bermain dengan kucing barunya Agung, kemudian menonton fil di laptop. 2 jam menonton, tak ada yang istimewa. Laptop kemudian mati dengan sendirinya. Kami kemudian mengobrol, membicarakan sesuatu yang tak penting. Tapi, yang mengobrol hanya Wisnu dan kakakku,. Sedangkan aku, duduk terdiam, tapi terkadang ikut angkat bicara. Dan Agung, dia lebih memilih tidur di kamar.

Daei jam 3 sampai jam 4 sore, kami membicarakan hal yang tak penting. Aku sempat kesal, karena Wisnu dan kakakku berbicara dengan berbisik-bisik, sehingga aku tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi aku diam saja dan memilih bermain dengan kucing.

Pukul setengah 5 sore, Aku, Wisnu, Agung dan kakakku, pergi untuk mengantar Wisnu pulang. Aku suka bagian ini. Wisnu memilih membonceng motorku dan aku yang menyetir. Kakakku membonceng Agung. Selama di jalan, aku berbicara basa-basi saja, dan dia menanggapi. Dia juga sempat menggodaku dengan pertanyaan "Kenapa ? Kangen ya ?" pada saat aku bertanya "Kan liburan masih lama, kenapa cepat-cepat mau pulang?". Yah, itu adalah percakapan terakhir kami.

Sampai di Sokaraja, dia harus pergi. Sebelum pergi, kami bersalaman lalu kemudian dia naik bus menuju Yogyakarta. Rencananya, dia akan pulang ke Pasuruan besok, tanggal 11 Juli 2014.

Itulah ceritaku bersama orang yang aku sukai dari 6 tahun yang lalu. Mungkin Aku dan Wisnu tidak akan bertemu lagi, karena dia akan melanjutkan pendidikannya di UNM (Universitas Negeri Malang) jurusan otomotif. Tapi bisa saja Tuhan berkehendak lain. Yah, hanya Tuhan yang tau, apakah rasa suka ini bisa berlanjut atau tidak.
  
Agung, Wisnu, Abi

0 coretan:

Back to Top