Senin
ini cuaca sangat panas. Di rumah kost, suasana sangat hening. Mungkin
orang-orang sedang tidur siang dengan nyenyaknya. Keheningan ini membuatku
bosan, namun tak ada kegiatan yang bisa aku lakukan. Seharusnya siang ini aku
ada kuliah, namun dibatalkan karena salah seorang teman kelasku sudah pulang ke
rumah dan tidak memungkinkan baginya untuk kembali ke kampus.
Untuk
sekedar mengisi kekosongan, aku menyalakan laptopku dan kuambil beberapa buah
mino rasa kacang yang sedari tadi meminta untuk segera aku makan. Sembari
memakan mino, aku buka folder di laptop satu per satu. Niat awal hanya ingin
menghibur diri dengan menonton film atau drama korea, tiba-tiba aku teringat
akan sesuatu. Aku teringat akan tugas yang diberikan oleh widyaiswara kepadaku.
Aku diperintahkan untuk menulis sebuah artikel yang kemudian akan dikumpulkan
pada pertemuan berikutnya.
Segera
saja aku buka program Microsoft Office Word di laptopku. Aku bersiap untuk
memulai mengerjakan tugasku. Namun seketika terhenti karena aku tidak tahu apa
yang akan aku tuliskan. Tak ada ide terlintas dikepalaku. Kemudian aku teringat
akan perkuliahan Bahasa Indonesia yang baru tadi pagi disampaikan, bahwasanya ketika
menulis, kita tidak harus mempunyai ide atau tema tertentu. Kita bisa memulai
menulis dengan cara freewriting atau menulis bebas. Kita tuliskan apa yang kita
mau, apa yang kita rasakan, apa yang kita alami, dan sebagainya tanpa harus
terpaku pada suatu ide atau tema. Dengan kita memulai menulis menggunakan
teknik freewriting ini, pada akhirnya kita akan menemukan suatu tema. Dengan
demikian, kita dapat melanjutkan menulis dengan tetap merujuk pada tema yang
telah kita tentukan.
Aku
mulai menulis kata demi kata. Disitulah aku merasakan bahwa ide-ide terus bermunculan
dan mengalir dari kepala menuju ke tanganku, sehingga aku terus menulis tanpa
berhenti sedetikpun.
Menulis
itu menyenangkan. Karena aku mempunyai sebuah blog, aku menjadi gemar menulis
dan selalu berkeinginan untuk memperbarui postinganku. Entah itu setiap hari
atau setiap minggu, aku pasti menuliskan sesuatu untuk aku post di blogku.
Sebenarnya,
menulis bukanlah hal yang awam dalam kehidupan kita sehari-hari. Menulis
dilakukan hampir setiap hari meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Secara
istilah, menulis dapat diartikan sebagai coretan di sebuah bahan yang bisa
dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Menurut Asma Nadia, seorang penulis
novel, menulis adalah sebuah jalan terbaik untuk berbicara dan menyampaikan
protes kepada banyak orang. Selain itu, Las Hs juga menuturkan bahwa menulis
adalah suatu seni mengekspresikan ide atau perasaan melalui tulisan.
Secara
umum, menulis tidak harus mengenai sesuatu yang ilmiah, tertata, berbau intelek
atau semacamnya. Kita juga dapat menuangkan curahan hati kita dalam bentuk
tulisan. Ketika kita sedang sedih atau marah, namun tak ada tempat untuk melampiaskanya,
kita dapat mengurangi kesedihan dan kemarahan itu dengan menulis atau sekedar
menggoreskan pena di secarik kertas. Ketika kita mempunyai rahasia, namun tidak
ada orang yang mampu untuk dipercaya sebagai penyimpan rahasia tanpa
membocorkannya ke orang lain, kita dapat berbagi rahasia itu ke dalam tulisan.
Ketika kita mempunyai perasaan suka atau cinta kepada orang lain, namun kita
tak dapat mengungkapkannya, kita dapat mencurahkan perasaan kita dalam bentuk
tulisan. Menulis itu kaya akan manfaat.
Menulis
bukan sekedar menulis, tetapi kita juga membaca, menghayati, memahami tema yang
kita tuliskan, belajar untuk menggunakan kata yang baik dan benar, belajar
untuk menarik simpati orang lain agar mau membaca tulisan kita, belajar untuk
mengemas hasil tulisan kita dengan menarik agar mudah dipahami, dan sebagainya.
Menulis
melatih kita untuk menjadi seorang produser. Dengan menulis, kita berusaha
untuk mencari benang merah mulai dari awal cerita sampai dengan akhir cerita.
Menulis
merupakan ajang mencari jodoh. Mengapa demikian ? Dewasa ini, para remaja
wanita lebih tertarik untuk mencari pasangan yang mempunyai sifat romantis.
Mereka beranggapan bahwa pasangan yang romantis merupakan pasangan yang setia
dan dapat membahagiakan mereka. Hal tersebut menjadi sebuah peluang yang sangat
besar bagi kaum adam yang memiliki sifat romantis untuk memperoleh pasangan.
Romantis tidak dapat kita peroleh dengan spontan. Sering kali kita harus
mempelajarinya terlebih dahulu. Banyak buku yang dijual di pasaran berisikan
tentang kiat-kiat untuk menjadi romantis. Namun setelah dipelajari, terkadang
kurang membuahkan hasil. Untuk menyiasatinya, mengapa kita tidak membuat suatu
cerita yang romantis kemudian menerapkannya pada kehidupan kita ? Kita dapat
mengatur cerita romantis kita sendiri karena hanya kitalah yang lebih tahu
tentang keadaan diri kita. Kalau kita mengacu pada buku, belum tentu sesuai
dengan keadaan kita.
Menulis
dapat membawa kita kearah kesuksesan. Beberapa
penulis besar seperti JK Rowling, penulis novel Harry Potter, Asma Nadia dan
Raditya Dika, seorang penulis novel di Indonesia, mereka semua adalah contoh
orang-orang yang berhasil memperoleh kesuksesan hanya dengan menulis. Tak dapat
dipungkiri, selain mendapat kepuasan dari proses menulis kreatifnya, mereka
menjadi terkenal dan memperoleh materi yang berlimpah dari karya-karya yang
mereka hasilkan. Hal tersebut memberikan
suatu pembelajaran bagi
kita bahwa apabila
kita dapat membaca hasil karya orang lain, maka kita dapat mencoba
untuk melakukan hal yang sama. Mari berpikir dari sudut pandang yang berbeda.
Sedikit
berbau ilmiah, menulis melatih otak kiri agar lebih tajam dimana otak kiri
merupakan otak yang mengatur IQ atau Intelligence
Quotient, yaitu bagian yang mengatur kecerdasan. Dengan kata lain,
kemampuan menulis diperoleh dari kemampuan otak bagian kiri untuk berpikir
kritis dan kreatif. Hal ini membuktikan bahwa menulis merupakan sebuah sarana
untuk mempertajam otak kiri kita.
0 coretan:
Posting Komentar