Teman ? hmm, aku tak
terlalu bisa mendefinisikan kata tersebut dengan benar. Mungkin aku hanya bisa
mengutip perkataan orang lain saja. Kata orang sih, teman itu adalah orang yang
selalu ada buat kita. Saat kita sedih, dia bersedia menghibur kita. Saat kita
bahagia, kita tak lupa berbagi kebahagian denganya. Saat kita terpuruk, dia
yang selalu ada untuk menyemangati kita. Saat kita terjebak dalam kebingungan,
dia ada untuk membantu kita dalam memutuskan mana yang terbaik. Saat kita dalam
masalah, dia yang membantu kita dengan memberikan solusi. Saat kita dalam
bahaya, dia yang mampu melindungi kita atau paling tidak membantu meloloskan
kita dari bahaya. Saat kita dicemooh, dicaci, dicela, dialah orang yang terus
membela kita.
Apakah itu semua benar
adanya ? hmm, tergantung persepsi orang masing-masing sih. Terkadang memang
benar adanya, tetapi juga ada yang tak menyentuh hal-hal diatas.
Yah, seperti aku ini.
Sejujurnya aku bukan tidak percaya dengan “mitos” yang dikatakan oleh orang-orang
tentang “teman” tadi. Tetapi, memang aku sudah mengalaminya sendiri. Bahwasanya
teman itu tak selamanya baik.
Aku saja yang dulunya
percaya dengan bagaimana baiknya teman itu, sekarang aku tak lagi
mempercayainya. Sampai-sampai, aku sekarang ini tak terlalu perduli dengan hal-hal
seperti itu. Mau aku punya teman atau tidak, aku tak peduli. Bagiku, teman
hanya sebatas hubungan relasional saja. Aku
hanya mencari teman untuk menunjang langkahku dalam melakukan suatu
aktivitas. Misalnya di kelas, aku hanya menganggap bahwa orang-orang di kelas
hanya sebagai teman kelas semata, tak lebih. Aku sih akrab saja dengan mereka.
Walaupun aku tak percaya dengan adanya teman akrab atau karib atau sebagainya,
tak lantas aku mengurung diri dan tak mau bergaul dengan orang lain, aku tetap
menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Yah, teman sekelas ya
teman sekelas. Aku tak harus berbagi apa-apa dengan mereka kan ? kecuali
hal-hal yang menyangkut tentang kelas, pelajaran misalnya. Sebatas itu sih tak
masalah. Tapi kalau menyangkut masalah pribadi diri masing-masih sih, entar
dulu lah ye. Haha.
Mereka boleh saja
mempercayaiku dengan berbagai rahasia yang mereka punya. Mereka juga boleh
memintaku untuk memberikan solusi atas
permasalahan yang tengah mereka hadapi. Namun, maaf saja, aku tak akan
melakukan hal yang sama kepada mereka. Ini masalah pribadiku sendiri.
Jujur, sejauh ini aku
memang tak memiliki teman dekat. Aku memang merasa kesepian. Namun mau
bagaimana lagi ? aku tak bisa mempercayai orang lain untuk menyandang gelar “teman
baikku” atau yang lebih ekstrem, “sahabatku”.
Ah, apalah itu. Aku tak
perduli. Aku orang bukan yang introvert, bukan. Aku hanya tak percaya orang
lain untuk aku jadikan tempat berbagi keluh kesah, kebahagiaan, dan lain-lain.
Kalian mau tahu alasannya ?
Simpel saja. Cukup satu
tindakan yang membuatku tak percaya lagi akan adanya teman dekat, sahabat, atau
apalah itu. Tindakan itu adalah PENGHIANATAN.
Kalian pasti tahu
bagaimana rasanya dihianati oleh orang yang paling kita percayai. Sakitnya tuh
disini #tunjukhati.
Dulu, aku mempunyai
beberapa orang teman dekat. Kami cukup dekat. Kami selalu berbagi keluh kesah,
kebahagiaan, kesedihan, dan lain-lain. Tetapi suatu saat, aku bertememu dengan
teman sekelasku. Aku duduk sebangku dengannya. Kami menjadi akrab saat itu. Dia
bersikap baik denganku, sehingga aku mempercayainya. Aku dan teman dekatku yang
lain setuju jika dia ikut bergabung bersama kami.
Segala rahasia, kami
beritahu kepadanya. Kami mengira bahwa dia dapat dipercaya. Akupun menceritakan
bahwa aku menyukai seseorang, yang dia sendiri tahu dan kenal dengan orangnya.
Namun, pada suatu saat, ternyata dia berhianat. Dia malah berpacaran dengan
orang yang aku sukai tadi. Dengan tanpa bertanya, kamipun menjauhinya.
Beberapa tahun berlalu.
Aku dengan teman dekatku sudah mulai
terbiasa bersama. Kemana-mana selalu bersama, tapi rumah masih
sendiri-sendiri ya, hehe.
Tetapi, pada suatu waktu,
ada yang terjadi. Orang tuaku terkena musibah. Mereka ditipu oleh orang sampai
puluhan juta karena mengikuti bisnis ini itu. Keadaan perekonomian kami menjadi
terpuruk. Aku yang semula bisa bergonta-ganti sepeda motor, kini tak bisa lagi.
Aku yang biasanya suka menghabiskan uang untuk hang out bersama teman dekatku,
kini tak bisa lagi.
Karena hal tersebut, aku
tak bisa sering-sering berkumpul dengan teman-temanku. Akibatnya, mereka sering
kali berkumpul tanpa aku. Lama-kelamaan, aku dilupakan. Aku merasa terasing.
Ketika aku mencoba untukberkumpul dengan mereka lagi, rasanya sudah berbeda.
Mereka sudah terasa asing.
Padahal, dulu sebelum
mereka memiliki sepeda motor sendiri, aku yang selalu menjemput mereka. Aku
yang mengantar mereka pulang. Aku membuat diriku sendiri menunggu demi mereka.
Tapi mereka tak bisa menghargainya. Mereka meninggalkan aku. Kini aku sendiri.
Itu cerita sewaktu aku
masih berada di bangku sekolah menengah atas. Dulu, sewaktu aku di sekolah
dasar, aku juga pernah dihianati. Aku mempunyai seorang teman dekat waktu itu.
Yah, seperti biasa, segala rahasia aku beritahu kepadanya. Aku percaya padanya,
karena kami sudah satu kelas bertahun-tahun dan kami cukup akrab waktu itu.
Sewaktu aku kelas 4 SD, aku bercerita kepadanya bahwa aku menyukai seseorang
yang ternyata orang tersebut disukai oleh seorang anggota geng paling berkuasa
di kelas.
Aku dengan santainya
bercerita kepadanya, tanpa ada keraguan sedikitpun melanda pikiranku. Namun
ternyata, tanpa aku duga-duga, dia berkhianat. Dia dengan teganya bercerita
kepada salah seorang anggota geng yang juga menyukai seseorang yang aku sukai.
Tiba-tiba, aku diajak ke kamar mandi, kemudian aku dilabrak. Aku diperintahkan
untuk menjauhi orang yang aku sukai. Aku bertanya pada mereka, dari mana mereka
tahu bahwa aku menyukai orang itu. Mereka pun memanggil seorang informan.
Ternyata, informan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah teman dekatku
sendiri. Seketika aku marah dan kembali ke kelas. Sejak saat itu, aku
menjauhinya.
Karena sebab-sebab
diataslah aku tak mempercayai adanya teman dekat atau sahabat lagi. Aku anggap
bahwa mereka sama saja. Kalau bukan seorang penghianat, ya orang yang ingin
mencari keuntungan sendiri atau dengan kata lain, memanfaatkan oranglain.
Yah, mempunyai teman atau
tidak, itu terserah kalian sendiri. Toh yang membutuhkan ya diri kalian
sendiri. Tak ada yang melarang untuk mendapatkan seorang teman. Tapi,
berhati-hatilah dalam berteman. Jangan sampai mengalami nasib yang serupa
denganku.
0 coretan:
Posting Komentar