0

Teman ?

Teman ? hmm, aku tak terlalu bisa mendefinisikan kata tersebut dengan benar. Mungkin aku hanya bisa mengutip perkataan orang lain saja. Kata orang sih, teman itu adalah orang yang selalu ada buat kita. Saat kita sedih, dia bersedia menghibur kita. Saat kita bahagia, kita tak lupa berbagi kebahagian denganya. Saat kita terpuruk, dia yang selalu ada untuk menyemangati kita. Saat kita terjebak dalam kebingungan, dia ada untuk membantu kita dalam memutuskan mana yang terbaik. Saat kita dalam masalah, dia yang membantu kita dengan memberikan solusi. Saat kita dalam bahaya, dia yang mampu melindungi kita atau paling tidak membantu meloloskan kita dari bahaya. Saat kita dicemooh, dicaci, dicela, dialah orang yang terus membela kita.


Apakah itu semua benar adanya ? hmm, tergantung persepsi orang masing-masing sih. Terkadang memang benar adanya, tetapi juga ada yang tak menyentuh hal-hal diatas.

Yah, seperti aku ini. Sejujurnya aku bukan tidak percaya dengan “mitos” yang dikatakan oleh orang-orang tentang “teman” tadi. Tetapi, memang aku sudah mengalaminya sendiri. Bahwasanya teman itu tak selamanya baik.

Aku saja yang dulunya percaya dengan bagaimana baiknya teman itu, sekarang aku tak lagi mempercayainya. Sampai-sampai, aku sekarang ini tak terlalu perduli dengan hal-hal seperti itu. Mau aku punya teman atau tidak, aku tak peduli. Bagiku, teman hanya sebatas hubungan relasional saja. Aku  hanya mencari teman untuk menunjang langkahku dalam melakukan suatu aktivitas. Misalnya di kelas, aku hanya menganggap bahwa orang-orang di kelas hanya sebagai teman kelas semata, tak lebih. Aku sih akrab saja dengan mereka. Walaupun aku tak percaya dengan adanya teman akrab atau karib atau sebagainya, tak lantas aku mengurung diri dan tak mau bergaul dengan orang lain, aku tetap menjalin hubungan baik dengan orang lain.

Yah, teman sekelas ya teman sekelas. Aku tak harus berbagi apa-apa dengan mereka kan ? kecuali hal-hal yang menyangkut tentang kelas, pelajaran misalnya. Sebatas itu sih tak masalah. Tapi kalau menyangkut masalah pribadi diri masing-masih sih, entar dulu lah ye. Haha.

Mereka boleh saja mempercayaiku dengan berbagai rahasia yang mereka punya. Mereka juga boleh memintaku untuk memberikan  solusi atas permasalahan yang tengah mereka hadapi. Namun, maaf saja, aku tak akan melakukan hal yang sama kepada mereka. Ini masalah pribadiku sendiri.
Jujur, sejauh ini aku memang tak memiliki teman dekat. Aku memang merasa kesepian. Namun mau bagaimana lagi ? aku tak bisa mempercayai orang lain untuk menyandang gelar “teman baikku” atau yang lebih ekstrem, “sahabatku”.

Ah, apalah itu. Aku tak perduli. Aku orang bukan yang introvert, bukan. Aku hanya tak percaya orang lain untuk aku jadikan tempat berbagi keluh kesah, kebahagiaan, dan lain-lain. Kalian mau tahu alasannya ?

Simpel saja. Cukup satu tindakan yang membuatku tak percaya lagi akan adanya teman dekat, sahabat, atau apalah itu. Tindakan itu adalah PENGHIANATAN.

Kalian pasti tahu bagaimana rasanya dihianati oleh orang yang paling kita percayai. Sakitnya tuh disini #tunjukhati.

Dulu, aku mempunyai beberapa orang teman dekat. Kami cukup dekat. Kami selalu berbagi keluh kesah, kebahagiaan, kesedihan, dan lain-lain. Tetapi suatu saat, aku bertememu dengan teman sekelasku. Aku duduk sebangku dengannya. Kami menjadi akrab saat itu. Dia bersikap baik denganku, sehingga aku mempercayainya. Aku dan teman dekatku yang lain setuju jika dia ikut bergabung bersama kami.

Segala rahasia, kami beritahu kepadanya. Kami mengira bahwa dia dapat dipercaya. Akupun menceritakan bahwa aku menyukai seseorang, yang dia sendiri tahu dan kenal dengan orangnya. Namun, pada suatu saat, ternyata dia berhianat. Dia malah berpacaran dengan orang yang aku sukai tadi. Dengan tanpa bertanya, kamipun menjauhinya.

Beberapa tahun berlalu. Aku dengan teman dekatku sudah mulai  terbiasa bersama. Kemana-mana selalu bersama, tapi rumah masih sendiri-sendiri ya, hehe.

Tetapi, pada suatu waktu, ada yang terjadi. Orang tuaku terkena musibah. Mereka ditipu oleh orang sampai puluhan juta karena mengikuti bisnis ini itu. Keadaan perekonomian kami menjadi terpuruk. Aku yang semula bisa bergonta-ganti sepeda motor, kini tak bisa lagi. Aku yang biasanya suka menghabiskan uang untuk hang out bersama teman dekatku, kini tak bisa lagi.

Karena hal tersebut, aku tak bisa sering-sering berkumpul dengan teman-temanku. Akibatnya, mereka sering kali berkumpul tanpa aku. Lama-kelamaan, aku dilupakan. Aku merasa terasing. Ketika aku mencoba untukberkumpul dengan mereka lagi, rasanya sudah berbeda. Mereka sudah terasa asing.

Padahal, dulu sebelum mereka memiliki sepeda motor sendiri, aku yang selalu menjemput mereka. Aku yang mengantar mereka pulang. Aku membuat diriku sendiri menunggu demi mereka. Tapi mereka tak bisa menghargainya. Mereka meninggalkan aku. Kini aku sendiri.

Itu cerita sewaktu aku masih berada di bangku sekolah menengah atas. Dulu, sewaktu aku di sekolah dasar, aku juga pernah dihianati. Aku mempunyai seorang teman dekat waktu itu. Yah, seperti biasa, segala rahasia aku beritahu kepadanya. Aku percaya padanya, karena kami sudah satu kelas bertahun-tahun dan kami cukup akrab waktu itu. Sewaktu aku kelas 4 SD, aku bercerita kepadanya bahwa aku menyukai seseorang yang ternyata orang tersebut disukai oleh seorang anggota geng paling berkuasa di kelas.

Aku dengan santainya bercerita kepadanya, tanpa ada keraguan sedikitpun melanda pikiranku. Namun ternyata, tanpa aku duga-duga, dia berkhianat. Dia dengan teganya bercerita kepada salah seorang anggota geng yang juga menyukai seseorang yang aku sukai. Tiba-tiba, aku diajak ke kamar mandi, kemudian aku dilabrak. Aku diperintahkan untuk menjauhi orang yang aku sukai. Aku bertanya pada mereka, dari mana mereka tahu bahwa aku menyukai orang itu. Mereka pun memanggil seorang informan. Ternyata, informan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah teman dekatku sendiri. Seketika aku marah dan kembali ke kelas. Sejak saat itu, aku menjauhinya.

Karena sebab-sebab diataslah aku tak mempercayai adanya teman dekat atau sahabat lagi. Aku anggap bahwa mereka sama saja. Kalau bukan seorang penghianat, ya orang yang ingin mencari keuntungan sendiri atau dengan kata lain, memanfaatkan oranglain.


Yah, mempunyai teman atau tidak, itu terserah kalian sendiri. Toh yang membutuhkan ya diri kalian sendiri. Tak ada yang melarang untuk mendapatkan seorang teman. Tapi, berhati-hatilah dalam berteman. Jangan sampai mengalami nasib yang serupa denganku. 

0 coretan:

Back to Top