0

Curhatku pada Dunia (Salah Sangka)

Sudah sewajarnya apabila seorang siswa SMA mengalami cinta lokasi di sekolah atau biasa disebut dengan cinta monyet. Lumrah saja terjadi. Semua terjadi karena siswa SMA masih terlalu labil, belum seutuhnya mengenal jati diri mereka, mereka belum cukup dewasa. Masa SMA adalah masa peralihan seorang remaja untuk menjadi manusia dewasa yang berpikiran rasional dan mengarah pada tujuan yang lebih matang. So, ngga salah dong kalo siswa SMA sering kali bergonta-ganti pasangan, eh bukan, bergonta-ganti pacar. Aku rasa lebih cocok disebut begitu.


Setidaknya bukan itu yang aku alami sekarang. Yah, walaupun masih menyangkut tentang cinta monyet dan aku, bukan aku yang menjadi tokoh utamanya kali ini. Dia adalah temanku, seorang laki-laki sederhana dan pintar. Menurutku sih, dia hanya bermodalkan kepintarannya saja, tak ada lagi yang lebih menonjol dari itu. Sorry, sepertinya aku berbicara terlalu kasar. It's OK, just my judgement.

Semua berawal dari dugaanku saja. Dia, sebut saja Mr. A, sudah 3 tahun sekelas denganku. Awalnya sih biasa saja. Sejak kelas 1 sampai kelas 2, aku merasa tak ada yang aneh. Perlakuanku padanya mirip seperti aku memperlakukan teman sekelas laki-lakiku yang lain. Sampai pada saatnya, sewaktu aku berada di kelas 3, aku merasa perlakuannya padaku berubah. Dia memperlakukanku berbeda dengan teman sekelas perempuan yang lain.

Waktu itu entah tanggal berapa dan hari apa, aku berangkat sekolah seperti biasa dengan berseragamkan baju pramuka. Pagi itu, gerimis sedang membasahi kotaku. Akibatnya, aku sampai di sekolah dengan keadaan basah kuyup *pada saat itu, aku diantar ibu naik sepeda motor. Aku berlari menuju koridor kelas 3. Sewaktu aku sedang berjalan menuju kelasku, Mr. A berjalan di depan pandanganku dari arah yang berlawanan. Aku kira, ia akan langsung masuk ke dalam kelas, namun ternyata dia berhenti dan berdiri di depan pintu kelas yang terbuka lebar sembari memandang ke arahku. Aku bersikap acuh saat itu. Ketika aku hendak masuk ke dalam ruangan, Mr. A tiba tiba bertanya padaku "Bajumu baru ya ?" *baju basah itu dianggap baju baru dikalangan siswa, atau sebaliknya. Aku hanya menjawab "hmm" dan tersenyum.

Ketika aku memasuki ruangan, ternyata dia mengikutiku masuk juga. Lalu apa yang ia lakukan tadi ? Menungguku ? Hanya untuk bertanya seperti itu ? Pentingkah ? Yah, aku tak berminat memikirkannya.

Hari demi hari, kelakuannya makin terlihat aneh. Dia sering lebih memilih berbicara atau bertanya padaku ketimbang dengan yang lain. Padahal saat dia melakukan itu, aku sedang bercengkrama dengan teman sekelas perempuanku yang lain. Mengapa harus aku yang ditanyai ?

Ada lagi, waktu itu kelas kami sedang berlatih upacara di lapangan depan kelas. Karena aku tak mendapat tugas menjadi petugas upcara, aku duduk di lantai koridor depan kelasku bersama 3 teman yang lain. Pada saat itu, temaku yang bernama Mrs. S berniat jahil kepada temanku yang lain, Mrs. R. Mrs. S menggantungkan tas milik Mrs. R di tiang bendera, itu karena Mrs. R ditugaskan sebagai pengibar bendera. Dan Mr. A itu bertugas sebagai petugas pembawa Pancasila. Dia berdiri tepat di depan tiang bendera, lurus menghadap ke arahku. Tiba-tiba, dia memanggilku. Untuk apa ? Hanya untuk menyuruhku mengambil tas Mrs. R yang tergantung di tiang bendera. Padahal, Mrs. S berada di sampingku persis. Seharusnya Mr. A menyuruh Mrs. S yang mengambilnya dong. Kan Mrs. S yang jahil, bukan aku.

Hari demi hari terus berlalu. Keanehan-keanehan itu terus terjadi. Aku merasa tak nyaman dengan keadaan ini. Adakah yang bisa menyelamatkanku ? Maaf, lama-lama aku menjadi jijik karenanya.

Beberapa hari yang lalu, kelasku sedang berada di laboratorium fisika mendengarkan penjelasan dari ibu guru. Pada saat pelajaran akan usai, Mr. A memanggilku sebanyak 2 kali .Padahal tempat dudukku berada satu meja di depan meja sebelahnya *understand?. Aku sengaja pura-pura tak mendengar, apalagi suasana laboratorium saat itu sedang riuh. Sangat mendukung tindakan yang aku lakukan. Salah memang, tapi aku tahu kalau dia hanya akan berbicara tidak penting. Dan ternyata, teman di sebelahku, sahabatku, mendengar jika Mr. A memanggilku. Tak masalah, aku sudah bercerita panjang lebar ke sahabatku itu.

Aku terus mengira bahwa Mr. A menaruh perasaan kepadaku. Tapi ternyata, baru baru ini aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa Mr. A sedang berjalan dengan seorang perempuan. Usut punya usut, perempuan itu adalah Mrs. M, siswa kelas sebelah. Saat aku melihat kejadian itu, aku mendengar percakapan antara teman sekelasku dan teman Mrs. M di koperasi siswa. Yang katanya, Mr. A dan Mrs. M sudah menjalin hubungan. Saat itu, perasaanku bercampur aduk. Antara senang dan terkejut. Ada untungnya mereka jadian, itu berarti Mr. A sudah tak mengejarku. Tapi bagaimana jika dari awal memang Mr. A tak menaruh perasaan kepadaku ? Padahal aku sudah menceritakan ini pada sahabatku. Malunya aku.

Yah, benar atau tidaknya Mr. A menyukaiku, hanya dia yang bisa menjawabnya. Aku hanya bisa menunggu, apakah perlakuannya padaku akan berubah, atau tetap sama. Semoga saja berubah. Amin.

Semoga, pengalamanku bisa menjadi pelajaran bagi para pembaca agar kalian tak membuat suatu dugaan sebelum ada bukti yang akurat :)

SEKIAN



0 coretan:

Back to Top