0

Curhatku pada Dunia (Pujaan Hati)

Bukan salah kita dong kalo kita suka sama seseorang. Perasaan takkan bisa dibohongi. Rasa sayang tak bisa ditutupi. Cinta takkan bisa dihindari.

Masa-masa SMA memang penuh dengan teka-teki. Tinggal bagaimana usaha kita untuk menyelesaikannya dan menemukan jalan untuk keluar. Menyelesaikan sebuah teka-teki tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan, langkah-langkah yang sulit dipahami, masalah-masalah yang sulit dipecahkan dan jalan yang entah dimana ujungnya.

Sungguh suatu problema jika kita hidup dalam teka-teki tanpa kita tahu cara untuk memecahkannya. Sulit memang, usaha dan doa saja tak cukup, butuh keyakinan yang kuat di dalamnya. Keyakinan akan sebuah harapan untuk bebas.

Cinta, adalah salah satu bagian dari teka-teki itu sendiri. Datang dan pergi sewaktu-waktu. Sulit kita terka kapan ia akan datang dan pergi. Kita hanya dapat mengakui bahwa cinta itu ada, hidup dalam diri kita masing masing dan menunggu saat yang tepat untuk memulai perannya.

Cinta itu muncul dari dalam diriku. Pada awalnya aku tak mengerti apa yang terjadi. Hanya dapat merasakan perasaan yang aneh dan sulit untuk dijelaskan. Rasanya begitu hangat, seketika jantungku berdegub kencang, rasanya aku tak mau berpaling. Aku ingin seperti ini terus, dalam keadaan seperti ini. Jika aku berpaling, aku akan kehilangan perasaan seperti ini. Aku bahagia. Ingin aku berteriak bahwa aku telah jatuh cinta. Jatuh cinta kepadanya.

Dia adalah laki-laki tampan, tubuhnya ramping tapi berisi. Tingginya tak jauh dari tinggiku. Senyumnya, aku suka senyumnya. Senyumnya lebar sehingga memperlihatkan giginya yang putih, membuatku tak pernah bisa melupakannya. Dia adalah cintaku saat ini.

Aku tahu dan mengerti bahwa cintaku ini tak akan bertahan lama. Ini hanyalah cinta monyet, bukan cinta yang sesungguhnya. Aku pikir, aku benar. Namun aku takkan bisa menghentikannya. Aku ingin terus dan terus menyukainya. Aku tak mau menghentikan dengan paksa perasaanku ini. Aku ingin tetap bertahan dan takkan pernah beranjak.

Tapi ternyata, cinta tak selalu didukung oleh keadaan. Keadaan tak mendukungku untuk memilikinya. Dia pergi, pergi ke tempat yang lain, ke pelukan yang lain, ke cinta yang lain. Rasanya seperti dua kutub magnet yang saling tolak-menolak. Aku memilih tinggal, namun dia memilih untuk pergi.

Haruskah aku salahkan keadaan ? Tidak, akulah yang membuat keadaanku seperti ini. Ini adalah buah dari apa yang aku lakukan di masa lampau. Segala yang aku perbuat, berdampak pada kehidupanku yang sekarang. Aku tak berhak menghakimi keadaanku. Itu sama saja dengan menghakimi diri sendiri. Bukan itu yang seharusnya aku lakukan.

Yang seharusnya aku lakukan adalah tetap menjaga cinta ini hingga dia mau melepaskan diri. Walau harus menahan sakit, walau harus menyayat diri sendiri, tapi aku tak kuasa untuk memaksa cinta agar lekas pergi. Biarlah dia pergi dengan sendirinya.

Kini, aku hanya bisa melihat orang yang kusayangi dari kejauhan. Cukup dengan aku menutupi perasaan ini agar dia tak mengetahuinya. Hanya sampai perasaan ini hilang.

0 coretan:

Back to Top