0

Aku dan Tunanganku (Part I)

     Mengantuk. 
     Jika kuingat-ingat, tadi malam aku tak bisa tidur. Ini semua karena ada kejadian yang tak kuharapkan.
   Aku putus dengan pacarku. Sandy namanya. Dia kudapati tengah jalan berdua dengan cewek lain di hadapanku. Cewek itu cantik, kulitnya putih bersih, rambutnya coklat gelap, dan yang paling aku ingat adalah matanya. Mata biru itu tak pernah kulupa sampai saat ini. Mungkin dia keturunan Indo-Inggris atau semacamnya. Entahlah.

    Anehnya, aku tak cemburu apalagi menangis. Aku juga tak memarahi mereka.
    "Kita putus." Satu kalimat yang aku lontarkan dihadapannya lalu pergi.
Tak ada kata yang terlontar dari mulutnya. Akupun hanya terdiam dan berlalu. Biarlah, toh aku sudah tak punya perasaan lagi padanya. Mungkin.
Kenyataannya, aku tak bisa berhenti memikirkan hal  itu, hingga mataku tak dapat terpejam walau sebentar.
     "Rena ! Apa belum cukup kamu tidur semalaman ? Sudah jam berapa ini ?"
     "Iya, ma. Aku sudah bangun."
Bosan sekali rasanya jika setiap pagi selalu dibangunkan dengan teriakan-teriakan mama. Mungkin tetangga sebelah juga merasakannya. Maklum, mamaku mantan penyanyi panggung. Yang katanya dulu adalah penyanyi yang punya suara bak bidadari.
     "Cepatlah ! Sarapanlah dahulu sebelum makanan ini dingin. Mama sudah lelah memasaknya. Jika sudah makan, kau boleh berbuat apa saja sesukamu." 
Aku mengangguk pelan sembari menyambar piring yang sudah terisi penuh oleh makanan pagi ini. 
     "Siang ini kamu harus mengosongkan waktumu. Mama mau kamu menemani mama ke tempat tante Yuli."
     "Memangnya ada apa, ma?" Tanyaku dengan mulut penuh nasi goreng.
Mama tak menjawab. Ia hanya tersenyum kecil dan kemudian berlalu menuju kamarnya.

     Waktu menunjukkan pukul dua. Aku dan mama pergi menuju tempat tante Yuli dengan mengendarai mobil Honda Jazz warna biru milikku. Jalan menuju rumah tante Yuli tak begitu jauh. Cukup 20 menit saja sudah sampai di rumahnya.
Ting-tong
     Bel kubunyikan dari luar. Tak lama kemudian terlihat tante Yuli membukakan pintu untukku dan mama. Kami dipersilahkan masuk. Aku selalu merasa nyaman jika ke rumah tante Yuli. Orangnya sopan dan penyayang. Beruntung sekali orang yang menjadi anak tante Yuli. Kabarnya dia mempunyai 2 anak, perempuan dan laki-laki. Kalau yang laki-laki, sebaya denganku.
     Sudah begitu lama aku di tempat tante Yuli. Aku hanya duduk terdiam dengan penuh kebosanan sedangkan mama dan tante Yuli asyik mengobrol bak ibu-ibu rumpi yang sedang arisan. Tak lama kemudian terlihat sesosok manusia muncul dari depan pintu. Sosok yang tegap dan rupawan. Mungkin jika bukan aku, pasti sudah tertarik padanya. Tapi aku berbeda, aku tak mudah menaruh cinta pada sembarangan orang. Apa lagi cinta pada pandangan pertama. Aku tak pernah mengenal itu.
     "Mungkin ini anaknya tante Yul." ucapku dalam hati.
     "Hallo mom, tante." kudengar sapaannya menggelitik telingaku.
     "Hallo dear, lama sekali kamu pulangnya ? Ini tante Sinta sama anaknya sudah nunggu lama loh."
     "Oh ya mom ? Oh, saya minta maaf sekali tante Sinta. Tadi saya ada problem sedikit."
     "Oh, tak apa. Tante malah jadi betah loh disini." kata mama sedikit genit.
Mukaku makin tertekuk-tekuk melihat tingkah mamah yang kegenitan sama anaknya tante Yul. Aku tak suka mama yang begitu.
     "Langsung saja ya, jeng ?" ucap tante Yul ke mama.
     "Bukankah lebih cepat lebih baik, jeng ?" sahut mama.
Tante Yul melihat ke arahku sembari senyum-senyum aneh yang semakin menggelitik bulu romanku. Sebenarnya ada apa ? Sepertinya ada sesuatu yang tidak mengenakkan telingaku. 
     "Ren, tante kan sudah lama bersahabat dengan mama dan papamu. Dulu tante dan mama kamu pernah mempunyai kesepakatan."
     "Kesepakatan apa tante ?" tanyaku heran.
     "Menjodohkan kamu dengan anak tante, Ren."
     "Apa ?" 
Sontak aku terkejut bukan main. Bagaimana tidak ? Aku akan dijodohkan dengan orang yang sama sekali belum aku kenal. Tau namanya saja tidak. Walaupun tante Yul dan mama itu bersahabat, tapi tak seharusnya mama dan tante Yul menjodohkan aku tanpa meminta persetujuan dahulu. Melanggar Hak Asasi Manusia ini namanya.
     "Maaf membuatmu terkejut, honey. Mama dan tante Yul cuma mau yang terbaik."
     "Mau yang terbaik ? Tapi kenapa  harus menjodohkanku dengan anak tante Yul ?"
     "Ini permintaan papa, Ren." sahut mama memelas.
Aku tak bisa melawan kemauan papa. Jika aku melawan, sama saja dengan datang ke kandang harimau. Bisa habis aku nanti. Papa memang suka seenaknya sendiri kalau sudah menyangkut tentang aku. Tapi jika aku melawan, aku tak tahu apa yang akan terjadi denganku nanti. Kali ini aku hanya pasrah saja menghadapi semuanya.
     "Ya sudah."
   "Oke, kalau begitu nanti Rena pergi jalan-jalan sama anak tante ya ! Biar anak tante nganter kamu kemanapun kamu mau. oke?"
     "Terserah tante dan mama saja lah."
Akupun keluar dari ruang tamu dengan anak tante Yul mengikuti di belakang. Sejujurnya aku masih teramat kesal. Namun mau bagaimana lagi ?

     Aku sudah tak tahan ingin pergi dari sini. Namun anak tante Yul meraih tanganku dengan cepat kemudian mencium keningku. Aku terkejut sejadi-jadinya. Tubuhku lunglai tak bisa digerakkan. Aku hanya diam dan dia tersenyum. 
     Melihat aku yang diam saja, dia mendekatkan mukanya ke telingaku. Aku rasakan desiran napas yang dihembuskan olehnya, begitu hangat terasa. 
     "Dan." bisiknya di telingaku.
     "Hah ? Apa ?" 
     "Aku Dan. Tolong diingat."
Dia tersenyum hangat. Oh tidak, apa ini ? Aku merasakan perasaan aneh yang mengalir di sekujur tubuhku. Rasanya ingin meleleh. Aku tak tahu seperti apa mukaku sekarang. Mungkin sudah merah padam seperti kepiting yang baru keluar dari panggangan. Oh, ku lihat dia terasa begitu tampan dan hangat. Rasanya aku ingin memeluknya. Perasaan apakah ini, Tuhan ?

-BERSAMBUNG-

0 coretan:

Back to Top