0

Cerpen Remaja


 GALAU

                  Saat itu , aku masih belum lama duduk di sebuah sekolah untuk melanjutkan proses belajarku dari jenjang sekolah yang sebelumnya. Tak disangka, aku mendapatkan anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan kepadaku. Yaitu seorang teman laki-laki yang istimewa.
                Pada awalnya, memang terasa biasa saja. Tetapi, lambat laun aku mulai merasakan adanya debaran jiwa yang bergejolak di dalam hatiku. Aku sudah tak sanggup membendungnya lagi. Aku akui, aku mulai merasakan getaran cinta. Sayangnya, dia sudah mempunyai belahan hati yang sangat dipujanya. Betapa tercabiknya hatiku ini. Tetapi, apa dayaku berusaha? Semua terasa sia-sia saja. Aku hanya bisa pasrah dan menunggunya sampai entah seberapa lama.
                Akupun merasakan sesuatu yang sering anak muda gaul sekarang sebut, galau. Kurasakan bahwa kegalauanku ini aneh dan tak biasa. Sangat kuat dan dahsyat sehingga aku tak dapat bertempur melawannya. Pada akhirnya, tubuhku yang sedikit jumbo ini kalah  termakan oleh perasaan galau ini. Kesehatanku sedikit demi sedikit terenggut oleh ganasnya perasaan galau yang menderu. Alhasil, akupun jatuh sakit.
                Di pagi hari yang cerah, burung-burung berkicau dengan riangnya. Seluruh makhluk hidup ciptaan-Nya mulai beraktivitas seperti biasa. Namun, hanya aku yang dirundung masalah. Keadaanku masih belum membaik. Tubuhku masih lunglai. Aku masih berada di ambang kesadaran. Wajahku pucat bak orang mati. Akupun bertanya pada temanku.
                “Apakah aku kelihatan pucat?”
                “Wah, iya Ver. Kamu sakit, ya?” Jawab teman-temanku. “Iya koh. Ga tau kenapa, dari kemaren tubuhku terasa ga enak. Keringat dingin pula.” Sambungku.
                “Minum obat, Ver. Takut kenapa-kenapa.” Teman-teman mulai mencemaskanku.
                “Nanti saja lah.”
                Aku menuju ke pelataran kelas dan duduk termangu di sana. Kulihat temanku sedang menyapu di dekat pintu. Karena ingin memastikan, akupun bertanya kembali.
                “Apakah aku kelihatan pucat?” tanyaku.
                “Aduh? Gimana ya? Aku juga bingung Ver.” Jawabnya kebingungan.
                Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki, masih temanku juga, lewat di antara kami dan berhenti sejenak sembari mengkaitkan dasi di lehernya. Temanku yang tadi bertanya kepadanya.
                “Hei, apakah Vera kelihatan pucat? Ga kan ya?”
                Dia tak menjawabnya, seakan bisu. Dia hanya menatap wajahku dengan mata yang memancarkan kehangatan dan senyuman yang penuh canda.
                “Apaan si kamu?” kataku memecahkan suasana.
                Beberapa hari setelah itu, aku mendengar kabar baik. Bahwa, dia sudah tidak menjalin hubungan kasih dengan teman perempuannya. Begitu senangya hati ini. Serasa membelah atmosfer berlapis-lapis, naik paus akrobatis, menuju ke rasi bintang yang paling manis. Tanpa berpikir panjang, aku menarik kesimpulan  bahwa inilah kesempatanku untuk mendekatinya. Tak akan ada waktu yang akan ku sia-siakan. Dan aku bertekad, aku akan meluluhkan hatinya.
                Dengan segala usaha yang ku kerahkan, dia mulai memberikan secercah harapan. Namun, itu tak berlangsung lama. Ingin rasanya aku menangis ketika aku mendapati bahwa dirinya telah menemukan pujaan hatinya yang baru hanya dalam hitungan minggu. Kini, galau datang begitu cepat. Aku mulai berpikir bahwa, mungkin galauku ini datang menggunakan kereta ekspress atau bus patas. Tapi aku yakin bahwa itu tidak mungkin. Dan pada akhirnya, lagi-lagi aku jatuh sakit.
                Aku sudah tak dapat menahan perasaan ini. Rasanya seperti ingin melompat keluar dari hatiku dan berlari menuju orang yang kupuja. Aku bingung harus berbuat apa. Tak ada tempat untuk menuangkan semua perasaanku. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah jejaring sosial yang sedang nge-trend di kalangan anak remaja, facebook. Aku tuliskan semua perasaanku dan kubuat tertuju padanya. Entah menyindirnya, memujinya, mencelanya, hingga gombalan-gombalan jitu untuk dirinya, juga ada.
                Banyak gombalan yang menjadi andalanku. Salah satunya adalah jika ayahya personil smash, aku akan mengatakan “Kamu telah mencenat-cenutkan hatiku.” Tidak hanya itu, aku bahkan sudah banyak membuat cerpen penuh suka dan duka yang membuat dirinya harus terjun ke dalamnya. Dengan penuh rasa penyesalan, semua itu akan menjadi kenangan. Aku ingin membuat dirinya menjadi cerita masa laluku.
                Dan kini aku sudah lelah untuk menunggu. Tak ada orang yang bisa bertahan untuk menunggu pujaan hatinya mendekati dirinya dalam kurun waktu yang tak singkat. Aku yakin itu. Sejak saat itu, aku bertekad bulat untuk melupakannya. Walaupun secara pelan-pelan. Walaupun akan meninggalkan luka yang mendalam di hatiku, itu tidak masalah. Selama dia merasakan yang namanya bahagia, akupun ikut merasakannya.

-TAMAT-

hanya untuk pribadi ..

0 coretan:

Back to Top